Kagum ku terhadapmu yang berubah menjadi ...

Hai Baru pagi tadi aku menulis puisi untukmu. Bisa saja mulut ku berkata tak mengapa, namun hatiku tak mampu berucap tak mengapa. Beberapa waktu lalu aku sempat mengingatmu, bukan sempat namun sejujurnya aku berusaha membiasakan hati ini untuk tak berharap padamu.

Sore tadi ku temukan tulisan yang indah, iya memang sengaja aku mencari namamu. Memang indah kataku, namun pesan atas tulisan itu menyayat hatiku. YaaAllah aku hanya mampu memohon terhadapmu untuk jangan membiarkan perasaan ini berlanjut jika ia memang bukan jodohku. Beginilah puisi yang kubuat untukmu pagi tadi...

Bagai istana pasir yang dibangun oleh kedua anak
Aku takkan seperti ombak yang begitu saja mengahncurkan istana itu
Aku lebih seperti angin yang begitu saja dapat menjadi semilir yang membuat pohon dapat menikmati ketenangannya, dimana pantai menjadi damai karenanya
Terkadang angin itu tak menjadi semilir
Ia tak bergerak sehingga ia hanya menjadi udara,
udara yang tak dapat dirasakan dengan begitu kuat di pantai yang begitu indah
Bahkan aku bisa menjadi pohon, 
pohon yang hanya berdiri dan memandang istana pasir yang indah itu
Dimana sang pohon hanya menjadi singgah olehnya, 
sang pohon yang hanya menjadi rindang karena mahkotanya
Ketika ia tak memiliki mahkota yang cukup rindang, ia tak lagi menjadi tempat singgah
Dan kemudian aku dapat menjadi perahu
Perahu yang dapat dilihat olehnya dari kejauhan
Oh bukan, ia hanya melihat ketika ingin melihat
Istana itu yang lebih indah dan lebih dekat dengannya
Maka ia akan membuat istana tersebut tanpa menghiraukan perahu yang terombang ambing
diantara ombak dan begitu lemah tanpa nahkoda
"Oh tak mengapa" kata sang angin sebatang pohon dan sebuah perahu
"Aku sudah berterimakasih karena kau mampu membuatku jatuh terhadapmu, meskipun tak boleh dikatakan bahwa ini adalah jatuh cinta"
Yang perlu kau tau, aku takkan pernah menjadi ombak yang menghancurkan istana indah yang kau buat dengannya
Aku hanya merindu, seakan takut takkan melihatmu lagi

Baru ku tau, kau begitu lama menyimpan rasa terhadapnya. Namun begitu lama pula aku mengagumimu hingga akhirnya aku sadar bahwa perasaan ini lebih dari kagum. Aku ingat ketika itu kau begitu santun, santunmu membuatku ingin mengenalmu lebih dalam. Aku mampu tersenyum ketika teringat sering kali aku melihat motor diparkiran belakang kelasku. Aku melihat di balik kaca dalam kelas. Ya, parkiran itu yang sering aku gunakan juga. Aku sempat beberapa kali membuat origami kupu-kupu untuk kuselipkan pada motormu, hahaa hanya satu temanku yang mengetahuinya. Dan mungkin itu ia anggap sebagai lelucuan, namun aku benar benar ingin dekat denganmu saat itu. Pernah juga, ketika aku dan teman-temanku makan dikantin sekolah. Kemudian aku melihatmu hingga mie ayamku berubah menjadi rasa yang sangat manis oleh kecap yang terus aku tambahkan hingga aku lalai, karena aku tak mampu untuk memalingkan padanganku ketika melihatmu persis duduk makan di depanku, ya walaupun terhalang oleh temanku dan temanmu. Hahaa, indah dan polos sekali ketika aku mengingat saat saat mengagumi di sekolah menengah atas itu. Ada banyak hal lain, dimana aku mengenang rasa kagummu terhadapmu yang tidak kucantumkan dalam tulisan ini. Namun, cerita ini hanya mejadi bagian dari satu sisi, yaitu sisiku. Ya, mungkinkah kau memiliki sisi yang lain dari cerita ini. Sekarang, aku tak mampu berharap lebih terhadapmu, bahkan sedikitpun aku tak mampu. Karena pada akhirnya aku tau, kau memiliki memori yang indah atas sisi kagummu terhadapnya. Dan mulai saat ini, aku takkan berada disekitar istana pasir itu hingga aku mampu untuk menetralkan perasaan yang berlebihan ini terhadapnya atas Ridlo-Mu. Hanya Engkau lah sang Maha membolak balikkan hati setiap manusia. Bismillah...


Comments

Popular posts from this blog

Merindumu, dan Pena adalah Pendengar Terbaik

Pesan "KATA" untuk kamu yang sedang membaca

SIRNA... TAK LANTAS IA TIADA